Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah, dimana bagian barat dan utara dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan.
Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Penyeberangan ke kepulauan ini dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Pelabuhan Jepara. Karimunjawa juga terdapat lapangan terbang perintis yang didarati pesawat berjenis kecil dari Semarang.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003-2011
Tahun Anggaran
|
Pendapatan (Rp)
|
Belanja (Rp)
|
2003
|
340.918.728.000
|
374.785.025.000
|
2004
|
368.576.816.000
|
392.594.936.000
|
2005
|
404.182.246.000
|
410.061.649.000
|
2006
|
547.399.120.000
|
558.129.120.000
|
2007
|
681.954.997.000
|
713.228.114.000
|
2008
|
731.045.136.000
|
772.785.860.000
|
2009
|
762.710.335.000
|
806.509.538.000
|
2010
|
861.177.300.000
|
911.507.429.000
|
2011
|
978.512.731.000
|
1.033.452.597.000
|
Etimologi
Dulu ada orang yang sedang berjalan melewati Jepara melihat nelayan yang sedang membagi-bagi ikan hasil tangkapannya membagi dlm bahasa jawa adalah Para/Poro, maka pengembara tersebut menceritakan di kota tujuannya bahwa dia melewati Ujung Para karena dia melewati ujung pulau Jawa yang ada yang membagi ikan. lama-lama kata Ujung Para berubah ejaannya menjadi lebih singkat yaitu Jung Para, masyarakat pun lama kelamaan berubah menjadi Jumpara lalu berubah menjadi Japara dan ahirnya berubah menjadi Jepara. Orang Jawa menyebut menyebut nama Jepara menjadi Jeporo, dan orang Jawa yang menggunakan bahasa krama inggil menyebut Jepara menjadi Jepanten. Sedangkan nama Jepara di dalam sebutan bahasa Belanda: Yapara, Japare.Sejarah
Pemandangan kota Jepara
di sekitar tahun 1650, dengan latar belakang Gunung Muria
Pulau Jepara/Pulau Muria
Wilayah Pesisir Jepara Zaman Belanda
Rumah warga Jepara Era colonial Belanda
Jauh sebelum adanya kerajaan-kerajaan ditanah jawa. Diujung sebelah utara
pulau Jawa sudah ada sekelompok penduduk yang diyakini orang-orang itu berasal
dari daerah Yunnan Selatan yang kala itu melakukan migrasi ke arah selatan.
Jepara saat itu masih terpisah oleh selat Juwana.Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.
Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin, suaminya. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Untuk Tahun 2010 ini, Jepara telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis terhadap produk Ukirnya yang sangat khas.[2]
Kerajaan
di Jepara terdapat beberapa Kerajaan pada masanya, yaitu:Tokoh - tokoh Jepara
- Ratu Shima
- Pati Unus
- Sultan Hadlirin
- Ratu Kalinyamat
- R.M. Panji Sosrokartono
- R.A. Kartini
- K.H. Ahmad Fauzan
Legenda
Pariwisata
Wisata Alam
Tiara Park dekat Pasar Kalinyamatan
Pantai Benteng Portugis
Sisa benteng pelindung komplek inti Kraton Kalinyamat,
satu-satunya sisa bangunan kraton yang masih dapat dilihat saat ini di Robayan
- Pulau Karimunjawa dan gugusannya
- Pulau Panjang
- Pulau Mandalika, di Ujungwatu
- Pantai Kartini, di Bulu
- Pantai Tirto Samodra, di Bandengan
- Pantai Empu Rancak, di Karanggondang
- Pantai Pungkruk, di Mororejo
- Pantai Guamanik Pecatu, di Ujungwatu
- Pantai Teluk Awur, di Telukawur
- Pantai Semat, di Semat
- Pantai Ombak Mati, di Bondo
- Pantai Blebak, di Sekuro
- Pantai Banyutowo, di Balong
- Pantai Bayuran, di Tubanan
- Pantai Pailus, di Karanggondang
- Air Terjun Songgo Langit, di Bucu
- Air Terjun Jurang Nganten, di Tanjung
- Belik Bidadari dan Jaka Tarub, di Daren
- Waduk Punden, di Gemulung
- Telaga Sejuta Akar, di Bondo
- Gua Tritip, di Ujungwatu
- Gua Manik, di Sumanding
- Gua Sakti, di Plajan
- Wono Pinus Setro, di Bate Alit
- Sreni Indah, di Bate Gede
- Bungpes, di Gerdu
Wisata Sejarah
- Benteng Portugis Banyumanis, di Banyumanis
- Benteng VOC[3], di Ujungbatu
- Museum R.A Kartini, di Panggang
- Monumen Plasenta R.A Kartini, di Pelemkerep
- Masjid Mantingan, di Mantingan
- Masjid Agung Baitul Makmur Jepara, di Kauman
- Gapura Masjid Jami' Baiturrohman I, di Robayan
- Kelenteng Hian Thian Siang Tee, di Welahan
- Candi Bubrah, di Tempur
- Candi Angin, di Tempur
Wisata Cagar Budaya
- Siti Inggil Keraton Kalinyamat, di Kriyan
- Kutho Bedhah (Bekas Pasar Kerajaan Kalinyamat), di Robayan
- Tembok Benteng Kalinyamat, di Makam Mbah Sacam Robayan
- Pertapaan Sonder, di Tulakan
Wisata Keluarga
- Kura-Kura Ocean Park, di Bulu
- Tiara Park Waterboom and 3D Theater, di Purwogondo
- Alamoya Waterboom, di Bapangan
- Mitra Waterboom, di Bangsri
- Kolam Renang Shinta Pool, di Pecangaan Kulon
- Kebonan Kampoeng Maen, di Bapangan
- Desa Wisata Plajan, di Plajan
- Desa Wisata Tempur, di Tempur
Wisata Belanja
SCJ dekat Alun-Alun Jepara
- Pasar Kerajinan, di Margoyoso
- Pasar Apung, di Demaan
- Pasar Karangrandu (Pasar Jajanan khas Jepara), di Karangrandu
- Pasar Ngabul (Pasar Durian), di Ngabul
- Pasar Lelang Mebel, di Rengging
- Showroom Furniture, di Senenan
- Saudara Swalayan[4], di Ngabul
- K Swalayan, di Ngabul
- Shopping Centre Jepara (S.C.J), di Panggang
Wisata Religi (Ziarah)
- Cirosomo (Makam Para Adipati/Bupati yang pernah memimpin Jepara dan keluarga besar R.A Kartini), di Sendang
- Makam Sultan Hadiri (Sunan Hadirin) dan Ratu Kalinyamat serta Raden Abdul Jalil (Sunan Jepara), di Mantingan
- Makam Syeh Siti Jenar, di Kelet
- Makam Habib Sodiq (Yek Nde) dan KH Noor Ahmad SS, di Kriyan
- Makam Mbah Roboyo, di Robayan
- Makam Datuk Gunardi, di Singorojo
- Makam Habib Ali, di Mayong
- Makam Ronggo Kusumo, di Manyargading
- Makam Syeh Abu Bakar, di Pulau Panjang
- Makam Pangeran Syarif dan Mbah Jenggolo, di Saripan
- Makam Ki Gede, di Bangsri
- Makam Syeh Amir Hasan (Sunan Nyamplungan), di Karimunjawa
- Makam Mbah Pakisaji, di Potroyudan
- Makam Assayyid Thoyyib Thohir dan Syaikh Syamsuri, di (Penagon, Nalumsari, Jepara)
- Makam Mbah Datuk Subuh, di Sidigede
Wisata Misteri (Urban Legend)
- Pabrik Karung Goni, di Pecangaan Kulon
- Pabrik Gula Bonjot, di Krasak
Event
- Perang Obor, di Tegalsambi
- Pesta Baratan, di Kalinyamatan
- Pesta Lomban, di seluruh Pantai Kabupaten Jepara
- Jembul Tulakan, di Tulakan
- Festival Oncor, di Bandungrejo
- Festival Memeden Gadu Jepara, di Kepuk
- Pagelaran Ketoprak Spektakuler, di Kauman
- Seni & Budaya Ukir Jepara Festival, di Mulyoharjo
- Chambeng, di Welahan
- Jepara Thongtek Carnival, di Kauman
- Jepara Bedug Festival, di Kauman
- Jepara Expo, di Rengging
- Jepara Fair, di Rengging
- Jepara Culinary Expo, di Karangrandu
- Karnaval Malam Takbiran, di Bondo
Seni Budaya
Di kabupaten Jepara terdapat berbagai jenis kesenian, yaitu:- Barongan Dencong
- Tari Kridhajati
- Tari Tenun Troso
- Tari Tayub
- Tari Emprak
- Samroh
- Gambus
- Angguk
- Dagelan
- Kentrung
- Ludruk
- Ketropak
- Keroncong
- Prasah
Julukan Jepara
- Kota Ukir
- Bumi Kartini
- Kota Energi [5]
- Kota Fashion
- Kota Kerajinan/ Kota Seni
- Kota 1000 Ponpes [6]
- The World Carving Center [7]
- The Beauty of Java
- Caribbean van Java
- Scheveningen van Java
0 komentar:
Posting Komentar