MACAM
– MACAM SENI TARI
1.
Tari Bali
Tari Bali adalah
tarian yang berasal dari Bali.Tari Bali tidak selalu bergantung
pada alur cerita. Tujuan utama penari Bali adalah untuk menarikan tiap tahap
gerakan dan rangkaian dengan ekspresi penuh. Kecantikan tari Bali tampak pada
gerakan-gerakan yang abstrak dan indah. Tari-tari Bali yang paling dikenal
antara lain pendet, gabor, baris, sanghyang dan legong. Tari Bali
sebagian besar bermakna religius. Sejak tahun 1950-an, dengan perkembangan pariwisata yang pesat, beberapa tarian telah ditampilkan pada
kegiatan-kegiatan di luar keagamaan dengan beberapa modifikasi.
Sejarah Tari Bali
Tari bali merupakan bagian organik
dari masyarakat pendukungnya dan perwatakan dari masyarakatnya tercermin dalam
tari. (I Made Bandem, 1983). Menurut struktur masyarakatnya, seni tari
bali dapat dibagi menjadi 3 (Tiga) periode yaitu:
1. Periode Masyarakat Primitif
(Pra-Hindu) (20.000 S.M-400 M)
2. Periode Masyarakat Feodal (400
M-1945)
3. Periode Masyarakat modern (sejak
tahun 1945)
Masyarakat Primitif (Pra-Hindu)
Pada zaman Pra-Hindu kehidupan
orang-orang di Bali dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya. Ritme alam
mempengaruhi ritme kehidupan mereka. Tari-tarian meraka menirukan gerak-gerak
alam sekitarnya seperti alunan ombak, pohon ditiup angin, gerak-gerak binatang
dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk gerak semacam ini sampai sekarang masih
terpelihara dalam Tari Bali. Dalam zaman ini orang tidak saja bergantung kepada
alam, tetapi mereka juga mengabdikan kehidupannya kepada kehidupan sepiritual.
Kepercayaan mereka kepada Animisme dan Totemisme menyebabkan tari-tarian mereka
bersifat penuh pengabdian, berunsurkan Trance (kerawuhan), dalam penyajian dan
berfungsi sebagai penolak bala. Salah satu dari beberapa bentuk tari bali yang
bersumber pada kebudayaan Pra-Hindu ialah sang hyang.
Masyarakat Feodal
Pada masyarakat feodal perkembangan
Tari Bali ditandai oleh elemen kebudayaan hindu. Pengaruh hindu dibali berjalan
sangat pelan-pelan. Dimulai pada abad VII yaitu pada pemerintahan raja ugra
sena di Bali. Pada abad X terjadi perkawinan antara raja udayana dengan
mahendradatta, ratu dari jawa timur yang dari perkawianan tersebut lahir raja
airlangga yang kemudian menjadi raja di jawa timur. Sejak itu terjadi hubungan
yang sangat erat antara jawa dan bali. Kebudayaan bali yang berdasarkan atas
penyembahan leluhur ( animisme dan totemisme) bercampur dengan Hinduisme dan
budhisme yang akhirnya menjadi kebudayaan hindu seperti yang kita lihat
sekarang catatan tertua yang menyebutkan tentang berjenis-jenis seni tari
ditemui di jawa tengah yaitu batu bertulis jaha yang berangka tahun 840 Masehi.
Pada zaman Feodal tari berkembang di istana, berkembang juga dalam masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh kepentingan agama yang tidak pernah absen dari tari dan
musik.
Ø Masyarakat Modern
Didalam masyarakat modern yang
dimulai sejak kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, patromisasi dari
kerajaan-kerajaan di zaman Feodal mulai berkurang. Pada masa ini banyak
diciptakan kreasi-kreasi baru, walaupun kreasi baru itu masih berlandaskan
kepada nilai tradisional; yaitu hanya perobahan komposisi dan interpretasi lagu
kedalam gerak.
Ø Dasar – Dasar Tari Bali
Secara garis
besar dasar-dasar Tari Bali dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
Agem, Tandang,
dan Tangkep. Djayus dalam Teori Menari Bali menyatakan dasar tari Bali adalah Agem,
Tandang, dan Tangkep.Agem adalah, sikap pokok yang mengandung suatu
maksud tertentu yaitu suatu gerak pokok yang tidak berubah-ubah dari satu sikap
pokok ke sikap pokok yang lain.Agem terdiri dari bermacam-macam bentuk
misalnya, mungkah lawang, ngerajasinga, nepuk kampuh, ngeteg-pinggel,
dan lain-lain.Tandang adalah cara memindahkan suatu gerakan pokok
kegerakan pokok yang lain, sehingga menjadi satu rangkaian gerak yang
bersambungan. Tandang terdiri dari : Abah yaitu perpindahan gerak kaki
menurut komposisi tari; dan tangkis yaitu perkembangan tangan seperti luknagasatru,
nerudut dan ngelimat.Tangkep adalah mimik yang memancarkan
penjiwaan tari yaitu suatu ekspresi yang timbul melalui cahaya muka.Tangkep
terdiri dari beberapa macam, misalnya : luru, yaitu rasa gembira yang
luar biasa yang diwujudkan dengan mimik; encahcerunggu, perubahan
dari suatu mimik kemimik yang lain, dan maniscerungu, adalah senyum
sambil mendelikan mata. Tangkep itu adalah sangat menentukan kematangan tari
tanpa penjiwaan, tari tidak tampak hidup.Demikianlah agem, tandang dan
tangkep merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah – pisahkan. Syarat
– syarat kesempurnaan suatu tarian sudah tercakup di dalamnya.Ketiga faktor
tersebut di atas mempunyai makna kesatuan antara wiraga, wirasa dan wirama
demi kesempurnaan tari Bali.
Ø Klasifikasi Tari Bali
Berdasarkan jenisnya tari Bali dapat diklasifikasikan
menjadi 4 yaitu: 1) jenis tari menurut fungsinya, 2) jenis tari menurut
koreografinya, 3) jenis tari menurut cara penyajiannya, 4) jenis tari menurut
tema atau isinya.
*Jenis Tari Menurut Fungsinya
- Seni tari Wali/Sakral (religius dance), tarian ini berfungsi
sebagai pelengkap pelaksana dalam upacara keagamaan yang dilakukan di
Pura-pura dan tempat-tempat yang ada hubungannya dengan upacara agama,
sebagai pelaksana upacara dan upakara agama tidak pakai lakon contohnya
tari Rejang, tari Pendet.
- Seni tari Bebali/ceremonial dance, adalah seni tari yang
berfungsi sebagai pengiring upacara/upakara di Pura-pura atau di luar pura
pada umumnya memakai lakon, contohnya Drama Tari, Topeng, Arja.
- Seni tari Bali-balian (secular dance), adalah segala tari yang
mempunyai unsur dan dasar tari dari seni tari yang luhur yang tidak
tergolong tari wali ataupun tari bebali serta mempunyai fungsi sebagai
seni serius dan seni hiburan. Contohnya, tari Legong Keraton, tari Joged
(Bandem, 1991),Sedangkan dalam buku pengantar pengetahuan tari menyatakan
bahwa tari menurut fungsinya dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Tari Pura (Tari Wali), pada mulanya
dalam serangkaian upacara di Pura Tari Upacara adalah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kronologis upacara-upacara tersebut. Tarian ini biasa
diadakan pada karya (piodalan besar di Pura). Tarian ini dilaksanakan sejak
mulai sampai berakhirnya upacara dengan gerak-gerik ritmis yang simbiolis
meskipun belum boleh dikatakan tari sepenuhnya tetapi sudah mengarah kepada
bentuk-bentuk tari harus dilaksanakan secara murni dan konsekwen. Contohnya:
Tari Rejang, dan Tari Pendet.
b. Tari Ritual (Tari Bebali), tari yang
erat hubungannya dengan upacara adat yang mengharapkan keselamatan dalam hidup
dan kehidupan. Contohnya: Tari baris, Tari Sanghyang, Tari Barong.
c. Tari Hiburan (pergaulan), sesuai
dengan fungsinya, tarian ini adalah sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa
sukaria, rasa gembira, dan untuk pergaulan. Pada umumnya tarian ini di Bali
ditarikan oleh wanita, tetapi ada pula yang ditarikan oleh pria, namun
melukiskan peran wanita. Cetusan rasa gembira merupakan pergaulan antara pria
dan wanita. Contohnya: Joged Bumbung, dan Tari Leko.
Dalam uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa menurut fungsinya tari dibedakan menjadi tiga yaitu: Tari
Wali merupakan tarian sakral yang hanya ditarikan di tempat-tempat suci, Tari
Bebali, yang masih ada hubungannya dengan upacara adat baik di Pura maupun di
luar Pura yang sudah memakai lakon, tari Bali-balian, tarian yang sudah
mengandung unsur seni dan hiburan.
Jenis Tari Menurut Koreografi
(Pencipta/Penggubah)
Artika dalam bukunya Pendidikan Seni
Tari menyatakan, jenis-jenis tari menurut koreografinya dapat dibagi 3 yaitu:
- Tarian
Rakyat, adalah tarian yang sudah mengalami perkembangan masyarakat
primitif sampai sekarang. Tarian ini sangat sederhana dan tidak begitu
mengindahkan norma-norma keindahan dan bentuk yang standar. Pada zaman
masyarakat primitif tarian ini merupakan Tarian Sakral yang mengandung
magis. Gerak-gerik tariannya sangat sederhana karena yang dipentingkan
adalah keyakinan yang terletak di belakang tarian tersebut., contohnya
tarian meminta hujan, tarian untuk mempengaruhi binatang buruan. Tarian di
Indonesia yang berpijak Tarian Primitif misalnya Tari Sanghyang, Tari
Barong, dan sebagainya. Sedangakan yang masih merupakan ungkapan kehidupan
rakyat yang pada umumnya merupakan tari gembira atau tarian
pergaulan/sosial misalnya tari joged.
- Tari
Klasik, adalah tari yang semula berkembang dikalangan Raja dan bangsawan
yang telah mencapai kristalisasi artistik yang tinggi sehingga memiliki
nilai tradisional. Tari klasik merupakan tarian dipelihara di istana
raja-raja dan bangsawan yang telah mendapat pemeliharaan yang baik sekali
bahkan sampai terjadi adanya standarisasi di dalam koreografinya.
- Tari
Kreasi Baru, adalah tarian yang sudah diberi pola garapan baru, tidak lagi
terikat kepada pola-pola yang telah ada dan lebih menginginkan kebebasan
dalam hal ungkapan meskipun sering gerakannya berbau tradisi.
Jenis Tari menurut Cara Penyajiannya
Djayus (1979:11) menyatakan jenis
tari menurut penyajiannya dibagi 3 yaitu:
- Tari Tunggal,
adalah tarian yang ditarikan oleh satu orang.
- Tari
duet, adalah tarian yang ditarikan oleh dua orang.
- Tari
massal, adalah tarian yang ditarikan oleh banyak orang.
Sedangkan Artika menyatakan untuk
penyajian tari ada 3 yaitu:
- Tari
Tunggal, adalah tari pertunjukan yang hanya ditarikan oleh satu orang
penari.
- Tari
berpasangan/Tari Duet, adalah tarian yang dilakukan oleh dua peran,
diantara peran yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi atau ada
kaitan yang erat di dalam koreografinya baik berpasangan sejenis maupun
berpasangan tidak sejenis.
- Tari
Kelompok/Massal, adalah tarian ini bisa juga disebut drama taro karena
selain diuraikan banyak orang juga membawakan suatu cerita lengkap atau
sebagian.
Dalam uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa tari menurut penyajiannya dapat dibagi 3 yaitu: 1) Tari
Tunggal (dibawakan satu orang) 2) Tari Berpasangan (dibawakan oleh dua orang
peran, dimana peran yang satu dengan lain saling melengkapi), 3) Tari Massal
tarian yang dibawakan oleh banyak orang, juga bisa membawakan suatu cerita
lengkap atau sebagian yang disebut Drama tari.
Jenis Tari Menurut Cara Isi/Temanya
Bandem
(1983:22) menyatakan jenis tari menurut isi dapat dibagi 4 yaitu:
- Tari Panthomin, yaitu tarian
yang menirukan gerak-gerik dari objek yang terdapat diluar diri manusia.
- Tari Erotik, adalah tarian
yang mengandung isi yang erotis atau percintaan.
3. Tari Eroik/Tari Kepahlawanan, yaitu tarian yang mempunyai latar belakang
penghindaran terhadap penderitaan (Tari Barong) dan tarian Perang (Tari Baris).
- Drama Tari yaitu tarian yang membawakan suatu cerita biasanya ada yang
berdialog dan ada yang tidak memakai dialog.
Kategori
Tari Bali dapat dikategorikan
menjadi tiga jenis, wali (sakral) atau bebali (upacara) dan balih-balihan
(hiburan). Tari wali dan bebali dapat ditarikan di tempat dan waktu tertentu.
Tari wali dipentaskan di halaman bagian dalam pura dan tari
bebali di halaman tengah (jaba tengah). Sebaliknya tari balih-balihan
ditarikan di halaman luar pura (jaba sisi) dalam acara yang bersifat
hiburan.
Tari wali, merupakan
tarian sakral, dipentaskan di halaman bagian dalam pura (jeroan).
Jenisnya:
- Rejang, tarian yang ditampilkan oleh wanita secara
berkelompok di halaman pura pada saat berlangsungnya upacara. Tari rejang memiliki
gerakan yang sederhana dan lemah gemulai.
- Baris, jenis
tarian pria, ditarikan dengan gerakan yang maskulin. Berasal dari kata bebaris
yang bermakna prajurit, tarian ini dibawakan secara berkelompok, berisi 8
sampai 40 penari.
- Pendet, adalah tarian pembuka upacara di pura. Penari
yang terdiri dari wanita dewasa menari sambil membawa perlengkapan
sesajen. Gerakan Tari Pendet lebih dinamis dibanding Tari Rejang. Kini,
Pendet telah ditarikan untuk hiburan, terutama sebagai tari penyambutan.
- Sanghyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur-unsur
kerasukan guna menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala.
- Barong adalah seni tari yang menceritakan pertarungan
antara kebajikan dan kejahatan. Tokoh utama adalah barong, hewan mistik
yang diperankan dua penari pria, seorang memainkan kepala dan kaki depan,
seorang lagi jadi kaki belakang dan ekor.
Ø Bebali
Bebali adalah jenis tarian upacara,
biasanya dipentaskan di halaman tengah pura. Tari ini sifatnya di antara sakral
dan hiburan.
- Gambuh, adalah sendratari Bali yang tertua. Musik,
literatur dan kosakata yang digunakan dalam tariannya diturunkan dari
periode Majapahit di Pulau Jawa. Pertunjukkan ini biasanya ditampilkan di pura
pada saat hari-hari besar dan upacara.
Balih-balihan
Balih-balihan adalah jenis tarian yang bersifat
non-religius dan cenderung menghibur. Ditampilkan di halaman depan atau luar
pura. Jenis-jenisnya:
- Janger adalah tarian pergaulan yang dibawakan oleh
penari laki-laki maupun perempuan. Penari putri mengenakan mahkota
berbentuk merak berwarna emas dan hiasan daun kelapa kering. Sebagian besar
tarian ditampilkan dalam posisi duduk, dengan gerakan-gerakan tangan, bahu
dan mata.
- Kebyar atau kekebyaran
dapat ditarikan secara solo, duet, trio, kelompok atau dalam sendratari.
Tari ini diiringi dengan permainan gamelan gong kebyar.
- Legong adalah tarian yang diciptakan oleh Pangeran Sukawati berdasarkan mimpinya melihat
bidadari. Penari legong yang berjumlah 3 orang menari mengikuti permainan
gamelan semar pagulingan.
- Kecak adalah tarian beramai-ramai yang dibawakan di
malam hari mengelilingi api unggun. Ditampilkan oleh seratus atau lebih pria sambil
duduk, dipimpin oleh pendeta di tengah-tengah. Tari kecak tak diiringi
musik, tapi hanya tepukan telapak tangan yang memukul bagian-bagian dari
tubuh agar menghasilkan suara. Mereka mengucapkan kata-kata "cak,
cak, cak" untuk menghasilkan suatu paduan suara unik.
2. Tari
topeng
Di Bali, topeng dianggap sakral,
seperti topeng barong ket (singa), barong macan, (harimau), barong
bangkal (babi hutan), barong lembu (banteng) dan barong landung
(raksasa). Menarikan tari topeng dilakukan untuk memainkan kisah kehidupan
nenek moyang, kisah Ramayana atau riwayat sejarah.Tari topeng
yang terkenal antara lain Topeng Pajegan. Tari ini
dipentaskan pada saat upacara akil balig (metatah),
pernikahan, dan perayaan di dalam pura. Cerita Topeng Pajegan didasarkan dari Babad Bali yang
menceritakan kisah raja-raja Bali dan menteri-menterinya.
0 komentar:
Posting Komentar