Pulau Madura
Geografi
|
|
Lokasi
|
|
Koordinat
|
|
Kepulauan
|
|
Jumlah pulau
|
127 Pulau
|
Pulau besar
|
|
Luas
|
5,168 km²
|
Puncak tertinggi
|
Bukit Geger,
Bukit Payudan |
Negara
|
|
Indonesia
|
|
Provinsi
|
|
Demografi
|
|
Populasi
|
3.625.000 (per 2010)
|
Kepadatan
|
829/km²
|
Kelompok etnik
|
Madura
|
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk hampir 4 juta jiwa.
Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju
Madura, selain itu untuk menuju pulau ini bisa dilalui dari jalur laut ataupun
melalui jalur udara. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari Pelabuhan Tanjung
Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di bangkalan, Selain itu juga
bisa dilalui dari Pelabuhan
Jangkar Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep, ujung timur Madura.
Pulau Madura
bentuknya seakan mirip badan Sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Madura, Pulau dengan sejarahnya yang
panjang, tercermin dari budaya dan keseniannya dengan pengaruh islamnya yang
kuat.
Pulau Madura
didiami oleh suku Madura yang
merupakan salah satu etnis suku dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya
sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau
sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang
Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal
Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di
Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling
banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta
sebagian Malang .
Suku Madura
terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan, masyarakat Madura juga dikenal
hemat, disiplin, dan rajin bekerja keras (abhantal omba' asapo' angen). Harga
diri, juga paling penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki
sebuah falsafah: katembheng pote mata, angok pote tolang. Sifat yang
seperti inilah yang melahirkan tradisi carok
pada sebagian masyarakat Madura.
Babad Madura
Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa
Pulau Madura pada zaman dahulu oleh para pengarung lautan hanya terlihat
sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi (sekarang menjadi bukit-bukit, dan
beberapa dataran yang ketika air laut surut dataran tersebut terlihat,
sedangkan apabila laut pasang dataran tersebut tidak tampak ( di bawah
permukaan air ). Puncak-puncak yang terlihat tersebut diantaranya sekarang
disebut Gunung Geger di Kabupaten Bangkalan
dan Gunung Pajudan di kabupaten Sumenep.
Sejarah tanah Madura tidak terlepas dengan sejarah atau kejadian yang terjadi
di tanah Jawa. Diceritakan bahwa pada suatu masa di pulau Jawa berdiri suatu
kerajaan bernama Medang kamulan. Di
dalam kotanya ada sebuak keraton yang bernama keraton Giling wesi, rajanya
bernama Sang Hyang Tunggal
( Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas. Ibukotanya bernama Watan Mas).
Sejarah
Litografi oleh Auguste van Pers yang menggambarkan seorang pangeran dari Madura dan pelayannya di masa Hindia
Belanda
Perjalanan
Sejarah Madura dimulai dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di
Madura pada abad 13. Dalam kitab nagarakertagama terutama pada tembang 15,
mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan
bahwa pada tahun 1365an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari
komonitas budaya yang sama.
Sekitar tahun
900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa
timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para
penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di
pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624,
Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah
itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan
kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC,
kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada
tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1] Orang goblok
Sejarah
mencatat Aria Wiraraja adalah
Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari,
tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep,
merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati
I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan
Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah
Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat
peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan tari Satria.
Geografi dan Adiministrasi
Geografi
Kondisi
geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan
dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang
begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi
dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak
sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di
lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura
kurang memiliki tanah yang subur.
Secara geologis
Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan
kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo.
Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih
kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih
bergabung.
Luas
keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10 persen
dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung
barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan
lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan
Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah
kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12
kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi
dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km²,
terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.
Administrasi
Madura dibagi
menjadi empat kabupaten, yaitu:
Kabupaten
|
Ibu
Kota
|
Luas
Area
|
Populasi
2010
|
Bangkalan
|
1,260
|
907,255
|
|
Sampang
|
1,152
|
876,950
|
|
Pamekasan
|
733
|
795,526
|
|
Sumenep
|
1,147
|
1,041,915
|
Kota-Kota Eks
Karesidenan Madura
Ekonomi
Pertanian
subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman
budi daya utama dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan
kecil. Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi
pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani
selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting
dalam ekonomi subsisten di sana.
Tanaman budi
daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan
Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkeh bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial
Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam. Selain komoditas tanaman diatas, sejak
akhir tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI)
mencoba Pulau ini untuk dijadikan lahan pengembangan tebu di Jawa Timur.
Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami
industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan
dengan demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri
dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Suramadu yang sudah beroperasi sejak 10
Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi
daerah Bangkalan dengan ekonomi regional.
Sumenep sebagai
daerah wisata juga menyimpan banyak sumber daya alam berupa gas alam yang
dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan gas industri yang tersebar di wilayah
Jawa Timur. Sumur-sumur gas sebagian besar tersebar di daerah lepas pantai
Kepulauan Sumenep
Kondisi Sosial Masyarakat
Orang Madura
pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang
tidak baik untuk bertani. Orang Madura juga senang berdagang, terutama besi tua
dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan
dan buruh,serta beberapa ada yang berhasil menjadi Tekonokrat, Birokrat,
Menteri atau Pangkat tinggi di dunia militer.
Transportasi
Untuk menuju
pulau ini, ada beberapa pilihan sarana transportasi untuk para wisatawan
diantaranya :
- Bus AKAS, bus ini melayani antar
kota dalam provinsi dan antar provinsi. Di masing-masing kabupaten bus ini
akan singgah sejenak untuk menurunkan penumpang, pemberhentian bus paling
terakhir, akan berakhir di Kalianget, Kabupaten Sumenep. Biasanya Bus AKAS
tarif ekonomi akan melewati Pelabuhan Kamal bukan jembatan nasional
Suramadu.
- Bus AKAS Patas, bus ini akan
melewati Jembatan Suramadu, untuk penumpang tujuan Bangkalan Kota biasanya
penumpang akan diturunkan di pertigaan Tangkel akses tol Suramadu.
- Pesawat Udara, untuk menikmati
layanan transportasi ini, para penumpang akan diterbangkan dari Bandar
Udara Trunojoyo, Sumenep dengan tujuan Surabaya.
- Kapal Laut, bisa dinikamati dengan
layanan rute Jangkar - Kalianget ataupun Ujung-Kamal.
Budaya
- Mamaca
- Mamapar gigi
- Kalenengan Karaton
- Tandha'
- Tan-pangantanan
- Ojhung
- Topeng dhalang
- Topen getthak
- Bajang Kole' Bhasa Madura
- Lodrok
- Sape Sono'
- Karapan Sapi
- Upacara Adat Nyadar
- Upacara Adat Penganten
Ngekak Sangger
Seni
Seni Tari
- Tari Moang Sangkal
- Tari Codi' Somekkar
- Tari Gambu
Seni Musik
Seni Kriya
- Batik Tulis Madura
- Keris, sentra
pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan
desa desa Palongan Kecamatan Bluto,
- Sentra Ukiran Sumenep Madura terdapat di desa
Karduluk,
- Sentra pembuatan Perahu Madura terdapat di desa Slopeng dan
Pulau Sapudi,
- Sentra Pembuatan Topeng Madura
- Sentra Pembuatan Clurit
Pariwisata
Pulau Madura
memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu icon wisata Madura
adalah Karapan
Sapi. Setiap tahun
kerapan sapi diselenggarakan berjenjang dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, dan
tingkat pembantu wilayah Madura. Selain kerapan sapi ada juga kontes Sapi Sono'
yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan
Sumenep ada juga Kerapan Kerbau. Selain karapan sapi yang menjadi objek wisata
favorit ada juga beberapa wisata yang semuanya tersebar di 4 wilayah kabupaten
diantaranya :
Objek Wisata di Kabupaten Sumenep
Objek Wisata
Sejarah, Budaya dan Arsitektur
- Museum Keraton Sumenep merupakan museum yang dikelola oleh pemerintah
daerah Sumenep yang didalamnya menyimpan berbagai koleksi benda-benda
cagar budaya peninggalan keluarga Karaton Sumenep dan beberapa peninggalan
masa kerajaan hindu budha seperti arca Wisnu dan Lingga yang ditemukan di
Kecamatan Dungkek. Didalam museum terdapat juga beberapa koleksi pusaka
peninggalan Bangsawan Sumenep seperti guci keramik dari Cina dan Kareta My
Lord pemberian Kerajaan Inggris kepada Sri Sultan Abdurrahman
Pakunataningrat I atas jasanya yang telah banyak membantu Thomas Stamford
Raffles salah seorang Gubenur Inggris dalam penelitian yang dilakukannya
di Indonesia.
- Keraton Sumenep merupakan peninggalan pusaka
Sumenep yang dibangun oleh Raja/Adipati Sumenep XXXI, Panembahan Sumolo
Asirudin Pakunataningrat dan diperluas oleh keturunannya yaitu Sri Sultan
Abdurrahman Pakunataningrat I. Karaton Sumenep sendiri letaknya tepat
berada di depan Museum Karaton Sumenep,
- Masjid Jamik Sumenep merupakan bangunan yang mempunyai
arsitektur yang khas, memadukan berbagai kebudayaan menjadi bentuk yang
unik dan megah, dibangun oleh Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat
yang memerintah pada tahun 1762-1811 M dengan arsitek berkebangsaan
tionghoa "law pia ngho"
- Kota Tua Kalianget letaknya di sebelah timur kota
Sumenep, disini para pengunjung bisa melihat peninggalan-peninggalan
Pabrik garam, Arsitektur Kolonial dan beberapa daerah pertahanan yang
dibangun Oleh Pemerintahan Kolonial saat menjajah wilayah Sumenep,
- Rumah Adat Tradisional Madura Tanean Lanjhang , bisa ditemui di beberapa daerah
menuju pantai lombang maupun menuju pantai slopeng,
- Benteng VOC Kalimo'ok di Kalianget.
Objek Wisata
Alam
Hutan Cemara
udang di sepanjang bibir Pantai Utara Sumenep sepanjang 30 km, menambah suasana
indahnya Bumi Sumekar
- Pantai Lombang adalah pantai dengan hamparan
pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan
sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. Pantai Lombang
adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang,
- Pantai Slopeng adalah pantai dengan hamparan
gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km.
Kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya
kaya akan beragam jenis ikan, termasuk jenis ikan tongkol,
- Pantai Ponjug di Pulau Talango,
- Pantai Badur di Kecamatan Batu
Putih,
- Pantai Pasir Putih dan Terumbu
Karang Pulau Saor (Kecamatan Sapeken),
- Kepulauan Kangean dan sekitarnya
merupakan gugusan kepulauan Kabupaten Sumenep yang letaknya berada di
wilayah ujung timur Pulau Madura. Mempunyai banyak pantai yang eksotik,
- Wisata Taman Laut Mamburit Pulau
Arjasa,
- Wisata Taman Laut Gililabak Pulau
Talango,
- Taman Air Kiermata di Kecamatan
Saronggi,
- Goa Jeruk Asta Tinggi Sumenep,
- Goa Kuning di Kecamatan Kangean,
- Goa Payudan di Kecamatan
Guluk-Guluk,
Wisata
Religi/Ziarah
- Asta Karang Sabu merupakan
kompleks pemakaman keluarga Raja / Adipati Sumenep yang memerintah pada
abad 15 yaitu Pangeran Ario kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. di
daerah karang sabu inilah beliau memimpin pemerintah Sumenep pada saat
itu.
- Kompleks pemakaman Asta Tinggi Sumenep merupakan kompleks pemakaman
Raja-Raja Sumenep yang dibangun pada tahun 1644 M. terletak di daerah
dataran Tinggi Kebon Agung Sumenep.
- Asta Yusuf merupakan salah satu
makam penyebar agama islam di Pulau Talango, makam tersebut ditemukan oleh
Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat ketika betolak menuju Bali pada
tahun 1212 hijriah (1791),
- Asta Katandur merupakan salah satu
makam penyebar agama islam di Sumenep, Pangeran Katandur yang juga salah
satu tokoh yang ahli dalam bidang pertanian dan menurut berbagai sumber,
Pangeran Katandur juga merupakan pencipta tradisi kerapan sapi,
- Makam Pangeran Panembahan
Joharsari yang merupakan salah satu Adipati Sumenep V yang pertama kali memeluk
Agama islam di Bluto,
Wisata Minat
Khusus
- Tirta Sumekar Indah merupakan
salah satu kompleks pemandian kolam renang yang ada di Sumenep, letaknya
berada di kecamatan Batuan, sebelah barat kota Sumenep. Letaknya yang
strategis, dikelilingi Perkebunan Pohon Jati dan Jambu Mente serta tak
jauh dari wisata kompleks pemakaman Asta Tinggi membuat pemandian ini
banyak di kunjungi warga saat akhir pekan dan liburan sekolah,
- Water Park Sumekar, merupakan
wisata air yang terletak tak jauh dibelakang lokasi Wisata kompleks Asta
Tinggi, kondisi bangunannya yang terletak dilerang bukit Kasengan sangat
menambah suasana alami di kawasan ini,
- Alun-Alun Sumenep sekarang menjadi
taman Adipura, setiap harinya khususnya pada malam hari dibangian utara
Alun-Alun Sumenep ini terdapat pasar malam dengan menyajikan berbagai
macam kuliner dan accesories yang bisa dinikmati dengan harga yang murah.
- Wisata kesehatan di Pulau Giliyang
Kecamatan Dungkek merupakan daerah di kabupaten Sumenep yang mempunyai
kandungan O2/oksigen sebesar 21,5% atau 215.000 [
Objek Wisata di
Kabupaten Pamekasan
- Pantai Talang Siring, Kecamatan Montok
- Pantai Jumiang, Kecamatan Pademawu
- PantaiBatu Kerbuy
- Api tak kunjung padam
- Makam Batuampar
- Vihara Avalokitesara
- Situs Pangeran Rangga Sukawati
- Museum Daerah
- Pasar Batik Joko Tole
Objek Wisata di Kabupaten Sampang
- Pulau Mandangin
- Pantai Camplong
- Kuburan Madegan
- Waduk Klampis Desa Kramat
kecamatan Kedungdung
- Air terjun Toroan
- Rimba monyet - Nepa Raden segoro
- Reruntuhan Pababaran
- Pemandian Sumber Otok
- Wisata Alam Goa Lebar
- Monumen Sampang
- Situs Pababaran Trunojoyo
Objek Wisata di
Kabupaten Bangkalan
- Pantai Rongkang
- Pantai Sambilangan
- Bukit Geger
- Kuburan Aermata
- Pantai Siring Kemuning di desa
Macajah, Tanjungbumi
- Perahu Peninggalan Saichona Moh.
Chollil di desa Telaga Biru, Tanjungbumi
- Mercusuar VOC , Sambilangan
- Jembatan Nasional Suramadu
Tokoh Madura
Tokoh Kerajaan
Madura Barat
- Pangeran Tengah 1592-1621. Saudara dari:
- Pangeran Mas 1621-1624
- Pangeran Praseno / Pangéran Tjokro
di Ningrat I
1624-1647. Anak dari Tengah dan Ayah dari:
- Pangeran Tjokro Diningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah
dari:
- Raden Temenggong Sosro Diningrat /
Pangeran Tjokro Diningrat III 1707-1718. Saudara dari:
- Raden Temenggong Suro Diningrat /
Pangeran Tjokro Diningrat IV 1718-1736. Ayah dari:
- Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I /
Panembahan Tjokro Diningrat V 1736-1769. Kakek dari:
- Raden Adipati Sejo Adiningrat II /
Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VI 1769-1779
- Panembahan Adipati Tjokro Diningrat
VII
1779-1815, Sultan Bangkalan 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat
V dan Ayah dari:
- Tjokro Diningrat VIII, Sultan
Bangkalan
1815-1847. Saudara dari:
- Panembahan Tjokro Diningrat IX,
Sultan Bangkalan
1847-1862. Ayah dari:
- Panembahan Tjokro Diningrat X,
Sultan Bangkalan
1862-1882.
- Pangeran Trunojoyo, Pahlawan Madura salah seorang keturunan Kerajaan
Madura Barat dalam memberontak pemerintahan VOC di Jawa dan Madura
Madura Timur
- Prabu Arya Wiraraja, Adipati Sumenep I pada tahun
1269 dan sebagai salah satu tokoh pendiri Kerajaan Majapahit bersama Raden Wijaya.
- Pangeran Secadiningrat I
- Pangeran Secadiningrat II
- Pangeran Secadiningrat III Adipati Sumenep XIII tahun 1415 -
1460
- Pangeran Secadiningrat IV Adipati Sumenep 1460 - 1502
- Pangeran Secadiningrat V Adipati Sumenep 1502 - 1559
- Raden Tumenenggung Ario Kanduruan Adipati Sumenep 1559 - 1562
- Pangeran Lor dan Pangeran Wetan Adipati
Sumenep 1562 - 1567
- Pangeran Keduk I Adipati Sumenep 1567 - 1574
- Pangeran Lor II Adipati Sumenep 1574 - 1589
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro
I menjadi
Adipati Sumenep 1589 - 1626
- Kanjeng R. Tumenggung Ario
Anggadipa Adipati
Sumenep 1626 - 1644
- Kanjeng R. Tumenggung Ario
Jaingpatih Adipati
Sumenep 1644 - 1648
- Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro Adipati Sumenep 1648 - 1672
- Kanjeng R. Tumenggung Pulang Jiwa dan Kanjeng Pangeran Seppo
Adipati Sumenep 1672 - 1678
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro II Adipati Sumenep 1678 - 1709
- Kanjeng R. Tumenggung Wiromenggolo Adipati Sumenep 1709 - 1721
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro III Adipati Sumenep 1721 - 1744
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro IV Adipati Sumenep 1744 - 1749
- Raden Buka Adipati Sumenep 1749 - 1750
- Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtanegara dan Kanjeng R. Tumenggung
Tirtanegara Adipati Sumenep 1750 - 1762
- Kanjeng R. Tumenggung Ario
Asirudin /
Pangeran Natakusuma I (Panembahan Somala) Sultan Sumenep tahun 1762 - 1811
- Sultan Abdurrahman Paku
Nataningrat I (Kanjeng
R. Tumenggung Abdurrahaman) Sultan Sumenep 1811 - 1854
- Panembahan Natakusuma II (Kanjeng R. Tumenggung Moh. Saleh
Natanegara) menjadi Adipati Sumenep 1854 - 1879
- Kanjeng Pangeran Ario
Mangkudiningrat Adipati
Sumenep 1879 - 1901
- Kanjeng Pangeran Ario
Pratamingkusuma Adipati
Sumenep 1901 - 1926
0 komentar:
Posting Komentar